Sabtu, 17 Oktober 2015

Masyarakat Indonesia dan si Bocah Laki-laki, El Nino

El Nino....
Dua kata yang setiap kali aku dengar, terbesit dalam pikiranku "nama yang bagus"

Jika aku menjadi seorang penulis dan berkesempatan membuat novel, mungkin nama El Nino akan menjadi kandidat nama terbaik sebagai pemeran utama laki2. Entah kenapa, aku sangat menyukainya. Meskipun begitu, jangan berpikir bahwa pemeran wanita akan kunamai 'La Nina'.

Well guys...
Dibalik kekagumanku pada nama El Nino, ada fakta2 yang membuatku resah terhadap bocah laki2 ini.

Kalian pasti udah gak asing sama El Nino, kan?

El Nino adalah gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut (sea surface temperature-SST) di samudra Pasifik sekitar equator (equatorial pacific), khususnya di bagian tengah dan timur (sekitar pantai Peru).

Karena lautan dan atmosfer adalah dua sistem yang saling terhubung, maka penyimpangan kondisi laut ini menyebabkan terjadinya penyimpangan pada kondisi atmosfer yang pada akhirnya berakibat pada terjadinya penyimpangan iklim.

Dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia (pasifik equator bagian barat) umumnya hangat, karena itulah proses penguapan mudah terjadi dan awan-awan hujan mudah terbentuk. Tapi sayangnya, ketika fenomena el-nino terjadi, saat suhu permukaan laut di pasifik equator bagian tengah dan timur menghangat, justru perairan sekitar Indonesia umumnya mengalami penurunan suhu (menyimpang dari biasanya). Akibatnya, terjadi perubahan pada peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia.

Seperti fenomena yang sedang terjadi di negara ini. Kebakaran hutan yang terjadi di sumatera dan kalimantan telah membuat kabut asap yang amat berbahaya bagi kesehatan. Semua orang harus menggunakan masker, menutup pintu dan jendela rumah mereka, dan mereka harus kehilangan hak menghirup udara segar.

Aku sering menonton tv dan melihat bagaimana tebalnya asap di Riau, jambi, juga kalimantan. Tidak terbayang bagaimana rasanya paru-paru warga disana. Seandainya paru-paru adalah mahluk dengan nyawa sendiri, pastilah mereka memilih untuk pindah ke pulau lain.

Apa kebakaran ini seutuhnya karena fenomena El Nino?.
Aku pernah mendengar seorang pembawa acara televisi bicara "adili para oknum tidak bertanggung jawab yang telah menyebabkan kabut asap ini". Dan aku menggangguk setuju. Percayalah, sekecil apapun api, ketika kalian memperlihatkannya pada El Nino, maka El Nino akan mendukungnya.

El Nino akan membantu api kecil itu tumbuh semakin besar.

Jika benar api itu berasal dari para oknum tak bertanggung jawab yang akhirnya didukung oleh El Nino,
Aku benar-benar mengutuk mereka. Tidakkah mereka salah satu dari jutaan orang bodoh di dunia ini?.

Tapi kawan, mari coba lupakan sejenak para oknum bodoh itu.
Mereka tidak pantas disoroti. Cobalah untuk tidak terus menuntut para pemadam, pemerintah, dan para polisi mengamankan daerah-daerah panas yang sedang amat berbahaya. Kalian tahu mereka jelas berpikir bagaimana cara menghilangkan kabut asap. Kalian juga tahu betapa perkasanya para pemadam yang rela memadamkan api. Para polisi yang berusaha mengamankan jalan di tengah panasnya udara. Meninggalkan keluarga untuk bertaruh nyawa? Kurasa mereka terlalu baik untuk terus dituntut.

Dan kita, jangan pula ikut memperburuk keadaan dengan menjelek-jelekkan negara sendiri. Ibarat sahabat, bagaimana rasanya jika kalian dikucilkan setelah kalian melakukan kesalahan? Harusnya sahabat membantu untuk kembali bangkit, bukan?.

Coba untuk membantu negara ini, meski dengan hal kecil. Dan beri kepercayaan pada negara lain, bahwa kita tetap bisa mengatasi masalah kabut asap ini.

Bocah laki-laki El Nino, tidak akan menguasai kita selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar